Kata Pengantar
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Masyarakat Multikultural tepat
pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan
itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
Sampul ............................................................................................................................. i
Kata
Pengantar.............................................................................................................. ii
Daftar
Isi..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat
Multikultural.......................................................... 2
B. Ciri-Ciri Masyarakat
Multikultural.............................................................. 2
C. Penyebab Terciptanya Masyarakat Multikultural..................................... 3
D. Konflik yang Muncul Akibat
Keanekaragaman............................................ 5
E. Pemecahan Masalah
Keanekaragaman........................................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 7
Daftar
Pustaka.............................................................................................................. 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Multikultural akhir-akhir ini mulai diperbincangkan di berbagai kalangan berkenaan
dengan merebaknya konflik etnis di negara ini. Multikultural yang dimiliki
Indonesia dianggap faktor utama terjadinya konflik. Konflik berbau SARA yaitu
suku, agama, ras, dan antargolongan yang terjadi di Aceh, Ambon, Papua, Kupang,
Maluku dan berbagai daerah lainnya adalah realitas yang dapat mengancam
integrasi bangsa di satu sisi dan membutuhkan solusi konkret dalam penyelesaiannya
di sisi lain. Hingga muncullah konsep multikulturalisme. Multikulturalisme
dijadikan sebagai acuan utama terbentuknya masyarakat multikultural yang damai.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Masyarakat Multikultural?
2. Ciri-ciri Masyarakat Multikultural?
3. Penyebab Terciptanya Masyarakat Multikultural?
4. Konflik yang Muncul Akibat Keanekaragaman?
5. Pemecahan Masalah Keanekaragaman?
C. Tujuan
1. Mengetahui Masyarakat Multikultural.
2. Mengetahui Ciri-ciri Masyarakat Multikultural.
3. Mengetahui Penyebab Terciptanya Masyarakat
Multikultural.
4. Mengetahui Konflik yang Muncul Akibat
Keanekaragaman.
5. Mengetahui Pemecahan Masalah Keanekaragaman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Masyarakat Multikultural
Pada hakikatnya
masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam
suku yang masing-masing mempunyai struktur budaya (culture) yang berbeda-beda.
Dalam hal ini masyarakat multikultural tidak bersifat homogen, namun memiliki
karakteristik heterogen di mana pola hubungan sosial antarindividu di
masyarakat bersifat toleran dan harus menerima kenyataan untuk hidup
berdampingan secara damai (peace co-exixtence) satu sama lain dengan perbedaan
yang melekat pada tiap etnisitas sosial dan politiknya. Oleh karena itu, dalam
sebuah masyarakat multikultural sangat mungkin terjadi konflik vertikal dan
horizontal yang dapat menghancurkan masyarakat tersebut.
Menurut C.W.
Watson (1998) dalam bukunya Multiculturalism, membicarakan masyarakat
multikultural adalah membicarakan tentang masyarakat negara, bangsa, daerah,
bahkan lokasi geografis terbatas seperti kota atau sekolah, yang terdiri atas
orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dalam kesederajatan.
B. Ciri-Ciri Masyarakat
Multikultural
1. Terjadi segmentasi, yaitu
masyarakat yang terbentuk oleh bermacam-macam suku, ras, dll tapi masih
memiliki pemisah. Yang biasanya pemisah itu adalah suatu konsep yang disebut
primordial. Contohnya, di Jakarta terdiri dari berbagai suku dan ras, baik itu
suku dan ras dari daerah dalam negeri maupun luar negeri, dalam kenyataannya
mereka memiliki segmen berupa ikatan primordial kedaerahaannya.
2. Memilki struktur dalam lembaga
yang non komplementer, maksudnya adalah dalam masyarakat majemuk suatu lembaga
akam mengalami kesulitan dalam menjalankan atau mengatur masyarakatnya alias
karena kurang lengkapnya persatuan yang terpisah oleh segmen-segmen tertentu.
3. Konsensus rendah, maksudnya adalah
dalam kelembagaan pastinya perlu adanya suatu kebijakan dan keputusan.
Keputusan berdasarkan kesepakatan bersama itulah yang dimaksud konsensus,
berarti dalam suatu masyarakat majemuk sulit sekali dalam pengambilan
keputusan.
4. Relatif potensi ada konflik, dalam
suatu masyarakat majemuk pastinya terdiri dari berbagai macam suku adat dan
kebiasaan masing-masing. Dalam teorinya semakin banyak perbedaan dalam suatu
masyarakat, kemungkinan akan terjadinya konflik itu sangatlah tinggi dan proses
peng-integrasianya juga susah.
5. Integrasi dapat tumbuh dengan
paksaan, seperti yang sudah saya jelaskan di atas, bahwa dalam masyarakat
multikultural itu susah sekali terjadi pengintegrasian, maka jalan
alternatifnya adalah dengan cara paksaan, walaupun dengan cara seperti ini
integrasi itu tidak bertahan lama.
6. Adanya dominasi politik terhadap
kelompok lain, karena dalam masyarakat multikultural terdapat segmen-segmen
yang berakibat pada ingroup fiiling tinggi maka bila suaru ras atau suku
memiliki suatu kekuasaan atas masyarakat itu maka dia akan
mengedapankan kepentingan suku atau rasnya.
C. Penyebab
Terciptanya Masyarakat Multikultural
Pada dasarnya semua bangsa di dunia bersifat multikultural.
Adanya masyarakat multikultural memberikan nilai tambah bagi bangsa tersebut.
Keragaman ras, etnis, suku, ataupun agama menjadi karakteristik tersendiri,
sebagaimana bangsa Indonesia yang unik dan rumit karena kemajemukan suku
bangsa, agama, bangsa, maupun ras. Masyarakat multikultural Indonesia adalah
sebuah masyarakat yang berdasarkan pada ideologi multikulturalisme atau
Bhinneka Tunggal Ika yang multikultural, yang melandasi corak struktur
masyarakat Indonesia pada tingkat nasional dan lokal.
Berkaca dari
masyarakat multikultural bangsa Indonesia, kita akan mempelajari penyebab
terbentuknya masyarakat multikultural. Keanekaragaman budaya dan masyarakat dianggap pendorong utama munculnya
persoalan-persoalan baru bagi bangsa Indonesia. Faktor penyebab terciptanya
masyarakat multikultural adalah sbb :
1. Faktor geografis, faktor ini
sangat mempengaruhi apa dan bagaimana kebiasaan suatu masyarakat. Maka dalam
suatu daerah yang memiliki kondisi geografis yang berbeda maka akan terdapat
perbedaan dalam masyarakat (multikultural).
2. Pengaruh budaya asing, mengapa
budaya asing menjadi penyebab terjadinya multikultural, karena masyarakat yang
sudah mengetahui budaya-budaya asing kemungkinan akan terpengaruh mind set
mereka.
3. Kondisi iklim yang berbeda,
maksudnya hampir sama denga perbedaan letak geografis suatu daerah.
4. Keanekaragaman Suku Bangsa
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa banyaknya. Yang menjadi sebab adalah keberadaan ratusan suku bangsa yang hidup dan berkembang di berbagai tempat di wilayah Indonesia. Kita bisa membayangkan apa jadinya apabila masing-masing suku bangsa itu mempunyai karakter, adat istiadat, bahasa, kebiasaan, dan lain-lain.
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa banyaknya. Yang menjadi sebab adalah keberadaan ratusan suku bangsa yang hidup dan berkembang di berbagai tempat di wilayah Indonesia. Kita bisa membayangkan apa jadinya apabila masing-masing suku bangsa itu mempunyai karakter, adat istiadat, bahasa, kebiasaan, dan lain-lain.
5. Keanekaragaman Agama
Letak kepulauan Nusantara pada posisi silang di antara dua samudra dan dua benua, jelas mempunyai pengaruh yang penting bagi munculnya keanekaragaman masyarakat dan budaya. Dengan didukung oleh potensi sumber alam yang melimpah, maka Indonesia menjadi sasaran pelayaran dan perdagangan dunia. Apalagi di dalamnya telah terbentuk jaringan perdagangan dan pelayaran antarpulau. Dampak interaksi dengan bangsa-bangsa lain itu adalah masuknya beragam bentuk pengaruh agama dan kebudayaan. Selain melakukan aktivitas perdagangan, para saudagar Islam, Hindu, Buddha, juga membawa dan menyebarkan ajaran agamanya. Apalagi setelah bangsa Barat juga masuk dan terlibat di dalamnya. Agama-agama besar pun muncul dan berkembang di Indonesia, dengan jumlah penganut yang berbeda-beda. Kerukunan antarumat beragama menjadi idam-idaman hampir semua orang, karena tidak satu agama pun yang mengajarkan permusuhan.
Letak kepulauan Nusantara pada posisi silang di antara dua samudra dan dua benua, jelas mempunyai pengaruh yang penting bagi munculnya keanekaragaman masyarakat dan budaya. Dengan didukung oleh potensi sumber alam yang melimpah, maka Indonesia menjadi sasaran pelayaran dan perdagangan dunia. Apalagi di dalamnya telah terbentuk jaringan perdagangan dan pelayaran antarpulau. Dampak interaksi dengan bangsa-bangsa lain itu adalah masuknya beragam bentuk pengaruh agama dan kebudayaan. Selain melakukan aktivitas perdagangan, para saudagar Islam, Hindu, Buddha, juga membawa dan menyebarkan ajaran agamanya. Apalagi setelah bangsa Barat juga masuk dan terlibat di dalamnya. Agama-agama besar pun muncul dan berkembang di Indonesia, dengan jumlah penganut yang berbeda-beda. Kerukunan antarumat beragama menjadi idam-idaman hampir semua orang, karena tidak satu agama pun yang mengajarkan permusuhan.
6. Keanekaragaman Ras
Salah satu dampak terbukanya letak geografis Indonesia, banyak bangsa luar yang bisa masuk dan berinteraksi dengan bangsa Indonesia. Misalnya, keturunan Arab, India, Persia, Cina, Hadramaut, dan lain-lain. Dengan sejarah, kita bisa merunut bagaimana asal usulnya.
Bangsa-bangsa asing itu tidak saja hidup dan tinggal di Indonesia, tetapi juga mampu berkembang secara turun-temurun membentuk golongan sosial dalam masyarakat kita. Mereka saling berinteraksi dengan penduduk pribumi dari waktu ke waktu. Bahkan ada di antaranya yang mampu mendominasi kehidupan perekonomian nasional. Misalnya, keturunan Cina.
Dari keterangan-keterangan tersebut terlihat bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai kelompok etnis, agama, budaya yang berpotensi menimbulkan konflik sosial. Berkaitan dengan perbedaan identitas dan konflik sosial muncul tiga kelompok sudut pandang yang berkembang, yaitu:
Salah satu dampak terbukanya letak geografis Indonesia, banyak bangsa luar yang bisa masuk dan berinteraksi dengan bangsa Indonesia. Misalnya, keturunan Arab, India, Persia, Cina, Hadramaut, dan lain-lain. Dengan sejarah, kita bisa merunut bagaimana asal usulnya.
Bangsa-bangsa asing itu tidak saja hidup dan tinggal di Indonesia, tetapi juga mampu berkembang secara turun-temurun membentuk golongan sosial dalam masyarakat kita. Mereka saling berinteraksi dengan penduduk pribumi dari waktu ke waktu. Bahkan ada di antaranya yang mampu mendominasi kehidupan perekonomian nasional. Misalnya, keturunan Cina.
Dari keterangan-keterangan tersebut terlihat bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai kelompok etnis, agama, budaya yang berpotensi menimbulkan konflik sosial. Berkaitan dengan perbedaan identitas dan konflik sosial muncul tiga kelompok sudut pandang yang berkembang, yaitu:
a. Pandangan Primordialisme
Kelompok ini menganggap perbedaan-perbedaan yang berasal dari genetika seperti suku, ras, agama merupakan sumber utama lahirnya benturan-benturan kepentingan etnis maupun budaya.
Kelompok ini menganggap perbedaan-perbedaan yang berasal dari genetika seperti suku, ras, agama merupakan sumber utama lahirnya benturan-benturan kepentingan etnis maupun budaya.
b. Pandangan Kaum Instrumentalisme
Menurut mereka, suku, agama, dan identitas yang lain dianggap sebagai alat yang digunakan individu atau kelompok untuk mengejar tujuan yang lebih besar baik dalam bentuk materiil maupun nonmateriil.
Menurut mereka, suku, agama, dan identitas yang lain dianggap sebagai alat yang digunakan individu atau kelompok untuk mengejar tujuan yang lebih besar baik dalam bentuk materiil maupun nonmateriil.
c. Pandangan Kaum Konstruktivisme
Kelompok ini beranggapan bahwa identitas kelompok tidak bersifat kaku, sebagaimana yang dibayangkan kaum primordialis. Etnisitas bagi kelompok ini dapat diolah hingga membentuk jaringan relasi pergaulan sosial. Oleh karena itu, etnisitas merupakan sumber kekayaan hakiki yang dimiliki manusia untuk saling mengenal dan memperkaya budaya. Bagi mereka persamaan adalah anugerah dan perbedaan adalah berkah.
Kelompok ini beranggapan bahwa identitas kelompok tidak bersifat kaku, sebagaimana yang dibayangkan kaum primordialis. Etnisitas bagi kelompok ini dapat diolah hingga membentuk jaringan relasi pergaulan sosial. Oleh karena itu, etnisitas merupakan sumber kekayaan hakiki yang dimiliki manusia untuk saling mengenal dan memperkaya budaya. Bagi mereka persamaan adalah anugerah dan perbedaan adalah berkah.
D. Konflik yang Muncul Akibat Keanekaragaman
Sebagaimana telah dijelaskan di
depan bahwa keragaman suku bangsa yang dimiliki Indonesia adalah letak kekuatan
bangsa Indonesia itu sendiri. Selain itu, keadaan ini menjadikan Indonesia
memiliki nilai tambah di mata dunia. Namun, di sisi lain realitas
keanekaragaman Indonesia berpotensi besar menimbulkan konflik sosial berbau
sara (suku, agama, ras, dan adat). Oleh karena itu, kemampuan untuk mengelola
keragaman suku bangsa diperlukan guna mencegah terjadinya perpecahan yang
mengganggu kesatuan bangsa. Konflik-konflik yang terjadi di Indonesia umumnya
muncul sebagai akibat keanekaragaman etnis, agama, ras, dan adat, seperti
konflik antaretnis yang terjadi di Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Papua,
dan lain-lain.
Di Kalimantan Barat adanya kesenjangan perlakuan aparat birokrasi dan hukum terhadap suku asli Dayak dan suku Madura menimbulkan kekecewaan yang mendalam. Akhirnya, perasaan ini meledak dalam bentuk konflik horizontal. Masyarakat Dayak yang termarginalisasi semakin terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang diskriminatif. Sementara penegakan hukum terhadap salah satu kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan di Poso, Sulawesi Tengah konflik bernuansa sara mula-mula terjadi pada tanggal 24 Desember 1998 yang dipicu oleh seorang pemuda Kristen yang mabuk melukai seorang pemuda Islam di dalam Masjid Sayo. Kemudian pada pertengahan April 2000, terjadi lagi konflik yang dipicu oleh perkelahian antara pemuda Kristen yang mabuk dengan pemuda Islam di terminal bus Kota Poso. Perkelahian ini menyebabkanterbakarnya permukiman orang Pamona di Kelurahan Lambogia. Selanjutnya, permukiman Kristen melakukan tindakan balasan.
Di Kalimantan Barat adanya kesenjangan perlakuan aparat birokrasi dan hukum terhadap suku asli Dayak dan suku Madura menimbulkan kekecewaan yang mendalam. Akhirnya, perasaan ini meledak dalam bentuk konflik horizontal. Masyarakat Dayak yang termarginalisasi semakin terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang diskriminatif. Sementara penegakan hukum terhadap salah satu kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan di Poso, Sulawesi Tengah konflik bernuansa sara mula-mula terjadi pada tanggal 24 Desember 1998 yang dipicu oleh seorang pemuda Kristen yang mabuk melukai seorang pemuda Islam di dalam Masjid Sayo. Kemudian pada pertengahan April 2000, terjadi lagi konflik yang dipicu oleh perkelahian antara pemuda Kristen yang mabuk dengan pemuda Islam di terminal bus Kota Poso. Perkelahian ini menyebabkanterbakarnya permukiman orang Pamona di Kelurahan Lambogia. Selanjutnya, permukiman Kristen melakukan tindakan balasan.
Dari dua kasus tersebut terlihat betapa perbedaan
mampu memicu munculnya konflik sosial. Perbedaan-perbedaan yang disikapi dengan
antisipasi justru akan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan banyak orang.
Oleh karena itu, bagaimana kita bersikap dalam keanekaragaman benar-benar perlu
diperhatikan.
E. Pemecahan Masalah Keanekaragaman
E. Pemecahan Masalah Keanekaragaman
1. Menggunakan
Kearifan Lokal
Ada sisi positif dan negatif dari kehadiran ratusan
suku bangsa di Indonesia. Selain bisa memperkaya khazanah kebudayaan nasional,
juga menjadi pemicu munculnya disintegrasi sosial. Sering kita dengar
terjadinya perang antarsuku atau konflik sosial antaretnis di Indonesia. Ada
banyak alasan yang mendasarinya. Tetapi, yang menarik adalah ternyata banyak
suku bangsa yang mempunyai mekanisme atau cara di dalam menyelesaikan
permasalahan itu. Kisah tentang kehidupan masyarakat di Lembah Baliem, bisa
jadi merupakan contoh kearifan lokal yang dapat kita jadikan referensi dalam
upaya mencarikan solusi atas permasalahan antaretnis atau antarsuku bangsa di
Indonesia.
2. Menggunakan
Kearifan Nasional
Pada saat kita
dihadapkan pada beragam konflik dan sengketa yang terjadi di antara etnis atau
suku bangsa yang ada di Indonesia, belajar dari sejarah adalah cara yang paling
tepat. Pada masa penjajahan Belanda kita merasakan betapa sulit merangkai nilai
persatuan untuk sama-sama menghadapi
bangsa penjajah. Hingga ketika kita mulai menyadarinya di tahun 1928. Saat itu
kita mengakui Indonesia sebagai identitas bersama, yang mampu mengatasi
sejumlah perbedaan kebudayaan di antara suku bangsa yang ada. Nasionalisme
Indonesia pun terbentuk dalam wujud pengakuan bahasa, tanah air, dan
kebangsaan. Dampaknya adalah perjuangan menghadapi kolonialisme Belanda semakin
menampakkan hasilnya.
Puncak dari pencarian identitas itu ditemukan pada
saat Pancasila disepakati sebagai dasar negara dan petunjuk/arah kehidupan
bangsa. Kompleksitas keragaman masyarakat dan budaya di Indonesia pun bisa
diakomodasi bersama. Dasar negara inilah yang digunakan oleh para founding fathers
kita pada saat mendirikan sebuah Negara nasional baru. Disebut negara nasional
karena negara Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang bisa hidup
berdampingan dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat
multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku yang
masing-masing mempunyai struktur budaya (culture) yang berbeda-beda. Ciri-ciri
masyarakat multikultural yaitu :Terjadi segmentasi, Memilki struktur, Konsensus
rendah, Relatif potensi ada konflik, Integrasi dapat tumbuh dengan paksaan dan
Adanya dominasi politik terhadap kelompok lain. Penyebab timbulnya masyarakat
multikultural sbb: Faktor geografis, Pengaruh budaya asing, Kondisi iklim yang
berbeda, Keanekaragaman Suku Bangsa, Keanekaragaman
Agama danKeanekaragaman Ras. Konflik
yang muncul karena adanya keanekaragamaan, seperti konflik antar etnis.
Penyelesaiannya dengan menggunakan kearifan lokal dan kearifan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar