Kamis, 14 Juli 2016

makalah namimah

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Bermula dari sepotong lisan berbagai kerusuhan menjadi berlarut-larut. Sampai ada pepatah yang mengatakan "Mulutmu Harimaumu" atau " Ajining diri ono ing lathi". Dari ketergelincirnya lisan maka berbagai problem diri maupun sosial menjadi mengemuka.
Salah satu bentuk kejahatan lisan yang termasuk dosa besar adalah namimah atau adu domba. Seperti provokator yang senantiasa mencari korban agar mempercayai tiap ucapannya, begitu pula namimah. Ia mencari korban dengan lisan tajamnya. Ketika kita tidak jeli dalam menangkapnya maka jelas kita sudah masuk perangkapnya. Atau dalam kasus yang lain kita kadang tidak merasa telah menyebarkan fitnah, sebagai pelaku namimah sendiri. Maka perlu pemahaman batasan dalam perkataan agar tidak dikategorikan namimah.
Mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak adalah salah satu faktor yang menyebabkan terputusnya ikatan dan yang menyulut api kebencian serta permusuhan antar sesama manusia.
Di antara bentuk namimah yang paling buruk adalah hasutan yang dilakukan seorang lelaki tentang istrinya atau sebaliknya, dengan maksud untuk merusak hubungan suami istri tersebut. Demikian juga adu domba yang dilakukan sebagian karyawan kepada teman karyawannya yang lain. Misalnya dengan mengadukan ucapan-ucapan kawan tersebut kepada direktur atau atasan dengan tujuan untuk memfitnah dan merugikan karyawan tersebut. Semua hal ini hukumnya haram.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah antara lain:
1.    Bagaimana Pengertian namimah?
2.    Bagaimana Sebab dan akibat yang ditimbulkan namimah?
3.    Bagaiman Dampak yang ditimbulkan  sikap Namimah?
4.    Bagaiman Cara menghindari sikap Namimah?
5.    Apa dalil tentang larangan adu domba ( namimah )
C.  Tujuan
Adapun tujuan pembahasan yang disusun dalam makalah ini, antara lain:
1.    Untuk mengetahui Pengertian  namimah,
2.    Untuk mengetahui Sebab dan akibat yang ditimbulkan namimah
3.    Untuk mengetahui Dampak yang ditimbulkan  sikap Namimah
4.    Untuk mengetahui Cara menghindari sikap Namimah
5.    Untuk mengetahui dalil tentang ada domba .



BAB II

PEMBAHASAN
1.    Pengertian Namimah
Namimah artinya adu domba yaitu  usaha untuk membuat orang lain saling bermusuhan. Umpanya pembicaraan si A disampaikan kepada si B yang pernah diperkatakan si A dengan tujuan untuk menimbulkan permusuhan antara si A dan si B dan mengotori kejernihan pergaulan atau menambah keruhnya pergaulan. Sikap namimah sangat dibenci Islam, karena dapat membuat persatuan umat menjadi pecah sehingga dapat melumpuhkan (melemahkan)  kekuatan umat Islam.
2.    Sebab dan akibat yang dimbulkan namimah
Sebab
·         Sebagian orang tidak tahu bahwa mengadu domba adalah perbuatan yang diharamkan bahkan termasuk di antara yang berdosa besar yang dapat menimbulkan permusuhan, memutuskan tali persaudaraan, menghancurkan keharmonisan rumah tangga dan menebarkan kebencian di antara sesama kaum Muslimin.
·         Melampiaskan apa yang ada di dalam hati yang berupa iri dan dengki, yaitu dengan mengadu domba di antara orang yang saling mencintai dan berusaha untuk merendahkan orang yang dibenci itu di hadapan orang lain.
·         Mencari simpati dari rekan-rekan sepergaulan dan berusaha untuk mengadakan pendekatan kepada mereka dengan memberikan berita baru atau sesuatu hingga mereka memperhatikan kepadanya.
·         Adanya keinginan untuk menimbulkan keburukan terhadap orang yang diceritakan, misalnya dengan mengutip omongan orang yang dimaksud kepada seseorang yang berkuasa, atau karena adanya keinginan untuk mendatangkan marabahaya terhadap orang yang dibencinya dengan berbagai macam cara.
·         Menampakkan kecintaan dan berusaha mengadakan pendekatan kepada orang yang diajak bicara dengan berusaha seakan-akan ia adalah salah satu di antara orang-orang yang mencintainya sehingga tidak ridha dengan perkataan orang lain tentangnya, untuk itu disampaikan kepadanya semua ucapan tentangnya, bahkan mungkin dengan menambah-nambahinya agar ia lebih dicintai oleh orang yang diajak bicaranya itu.
·         Sekedar main-main dan bergurau, karena pada kenyataannya banyak perkumpulan yang diselenggarakan sekadar untuk mengundang tawa, senda gurau dan mengutip omongan yang beredar di antara mereka.
·         Adanya keinginan untuk mengada-ada dan mengetahui rahasia orang lain serta menimbulkan surprise di kalangan manusia, sehingga untuk maksud itu ia mengutip ucapan seseorang untuk membuka rahasia orang lain.
Akibat Namimah
·         Namimah merupakan sebuah dosa besar  dan amat dibenci oleh Allah
·         Orang yang berbuat namimah tidak akan dimasukkan ke dalam surga tetapi justru akan dimasukkan ke dalam neraka
·         Namimah dikelompokkan ke dalam perbuatan fitnah, dan fitnah itu bahayanya lebih kejam dari pembunuhan
·         Orang namimah termasuk kelompok orang munafik, karena memiliki muka dua
·          Akibat namimah dapat memutuskan tali silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah dua orang atau lebih
·         Orang berbuat namimah hidupnya tidak akan tenang karena kebohongan yang diperbuatnya.
3.    Cara menghindari sikap namimah
·         Menyadari bahwa perilaku namimah merupakan suatu perbuatan dosa yang harus kita jauhi.
·         Menyadari bahwa perilaku namimah memiliki bahaya yang sangat serius
·         Menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan berbuat namimah
·         Bersilaturahmi dengan baik
·         Selalu berusaha untuk menjaga diri dari perbuatan dari fitnah dan dusta
·         Meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah swt 
4.    Dampak Yang Ditimbulkan Sikap namimah
Namimah atau mengadu domba mempunyai bahayanya, diantaranya sebagai berikut :
·         Dapat menyebabkan permusuhan dan kebencian
·         Dapat memutuskan tali persaudaraan
·         Jika yang di adu domba adalah suatu kelompok tertentu, maka dapat menyebabkan suatu pertempuran/perkelahian/tawuran antar kelompok yang dapat menyebabkan kerugian baik kehilangan nyawa atau sarana dan prasarana publik yang rusak akibat terjadinya kerusakan
·         Mendapatkan dosa apabila disertai dengan fitnah dan kebohongan. 
·         Ditinggalkan teman apabila kedua belah pihak yang di adu domba sudah mengetahui bahwa mereka telah di adu domba
5.    Dalil-dalil  tentang adu domba (Namimah)

Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman:
هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيم

“Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.” (Al-Qalam: 11)

Dan Allah berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيد

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”(Qaaf: 18).
Juga Allah berfirman:

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (Al-Humazah: 1). 
Yang dimaksud di sini adalah nammam (yang melakukan adu domba).
Allah berfiman:

وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ

“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar” (Al-Lahab: 4). 
Maksudnya adalah kiasan bagi pengadu domba, karena istri Abu Lahab adalah orang yang suka membawa berita untuk merusak hubungan sesama manusia, dan disebutkan di sini “kayu bakar”, karena ia menebarkan permusuhan dan kebencian di antara manusia sebagaimana kayu bakar menebarkan api. Adapun mengadu domba adalah gangguan yang ditujukan kepada kaum muslimin untuk merusak hubungan sesama mereka, Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman:

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Al-Ahzab: 58).
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ. (متفق عليه)

“Tidak masuk Surga orang yang suka mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaihi).
Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa orang yang suka mengadu domba tidak akan masuk Surga, jika ia tidak masuk Surga maka tidak ada tempat baginya di akhirat kecuali di Neraka, sebab di akhirat kelak hanya ada Surga dan Neraka, maka jika ditetapkan bahwa ia tidak masuk Surga berarti tempatnya adalah Neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِشَرَارِكُمْ؟ قَالُوْا: بَلَى، قَالَ: الْمَشَّاؤُوْنَ بِالنَّمِيْمَةِ، الْمُفْسِدُوْنَ بَيْنَ اْلأَحِبَّةِ، الْبَاغُوْنَ لِلْبَرَّاءِ الْعَيْبَ.

“Maukah aku beritakan kepada kalian tentang orang-orang yang jahat di antara kalian?” Para sahabat menjawab: “Tentu”. Beliau bersabda: “(Yaitu) orang-orang yang ke sana dan ke mari menghamburkan fitnah, orang-orang yang merusak hubungan antar orang yang berkasih sayang, dan orang-orang yang mencari aib pada diri orang-orang yang baik.”
Mari kita renungkan sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi:

مَنْ أَشَاعَ عَلَى مُسْلِمٍ كَلِمَةً يُشِيْنُهُ بِهَا بِغَيْرِ حَقٍّ، شَانَهُ اللهُ بِهَا فِي النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

“Barangsiapa menyiarkan berita buruk seorang Muslim untuk memburukkannya dengan berita itu secara tidak haq, maka dengan itu Allah akan memburukkannya di dalam api Neraka pada hari Kiamat.”
Orang yang mempunyai sifat namimah tidak akan masuk surga seperti dadijelaskan dalam hadis Nabi SAW :

عَنْ حُذَ يْفَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَامٌ (اخرجه الشيخان)
Artinya :
Diriwayatkan dari Hudzaifah dia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda: "tidak akan masuk surga orang yang suka adu domba". (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam sabda lainnya, Rasulullah telah bersabda, yang artinya :
“Yang amat dicintai Allah Swt. ialah yang terbaik akhlaknya, yang dermawan lagi gemar menjamu orang, yang dapat menyesuaikan diri lagi dapat diikuti penyesuaian dirinya itu, sedang yang amat dibenci di sisi Allah ialah orang-orang yang suka berjalan dengan berbuat adu domba, yang memecah belah antara saudara-saudara, lagi pula mencari-cari alasan untuk melepaskan diri dari kesalahan-kesalahan”. (H.R. Ahmad)
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari pembahasan terdahulu dapat kami tarik kesimpulan bahwa namimah merupakan akhlaq madzmumah (akhlak tercela) yang hendaknya kita hindari. Secara sederhana memang sukar melepaskan diri darinya. Karena kebencian muncul dari orang-orang yang menghancurkan tali silaturrahim yang telah terjalin. Otomatis perpecahanlah yang akhirnya terjadi.
Cara Berhadapan dengan Orang yang Melakukan Namimah
Para ulama menjelaskan enam sikap yang wajib kita lakukan bila berhadapan dengan orang yang melakukan namimah.
1.      Tidak membenarkan apa yang disampaikannya, karena persaksiannya tertolak. Al-Qur’an menyebut orang semacam itu dengan sebutan fasik.
2.      Melarangnya dari namimah, karena melarang kemunkaran itu wajib.
3.      Membencinya karena Allah, karena ia telah maksiat; dan membenci orang yang maksiat itu wajib.
4.      Tidak berburuk sangka terhadap saudara kita yang diceritakannya, karena berburuk sangka terhadap sesama muslim itu haram.
5.      Tidak mencari-cari keterangan untuk menemukan kesalahan orang lain, karena Allah melarang perbuatan tersebut.
6.      Apa yang tidak disukai oleh manusia dari namimah jangan sampai kita lakukan, dan jangan pula menyebarkan apa yang disampaikan oleh orang yang berbuat namimah kepada siapa pun.

B.   Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Kritik dan Saran yang konstruktif sangat diperlukan demi  kesempurnaan makalah ini, sehingga akan  lebih bermanfaat konstribusinya bagi hazanah keilmuan.



DAFTAR PUSTAKA

Lait, Al-Faqih Az-Zahid Abu. 1999. Tanbihul Ghafilin. Jakarta: Pustaka Amani.
Bahreisy, Hussein. 1980. Shahih Bukhari. Surabaya:  Usana Offset Priting.
Imam al-Tirmidzi, Sunan al-Nasa’i, Semarang: Thaha Putra, 1930
Imam Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Bandung: Dahlan, t. th.
Samarqandi, Nasr. 1999. Tafsirul Quran. Jakarta: Pustaka Amani.
 Moh. Anwar, Fiqh Islam: Mu’amalah, Munakabat, Faro’id dan Jinayah, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1988
Ibn Syuhnah al-Hanaf, Lisan al-Hukkam fi Ma’rifat al-Ahkam, Mesir: Mushthafa al-Bab al-Halabi, 1973.
Effendy, Mochtar. 2001. Ensiklopedi Agama dan Filsafat. Palembang: PT Widyadara.
Bahreisy, Salim. 1987. Tarjamah Riadhus Sholihin II.Bandung: PT Alma Arif Bandung.
Al-'Adawy, Musthafa. 2006.Fiqih Akhlak.Jakarta: Qisthi Press.



KATA PENGANTAR

Salam ukhuwah akhi wa ukhti..
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan limpahan rahmat dan nikmat kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah “Perilaku Namimah” Insya Allah dengan baik.
Penyusunan ini tentunya bukan hanya hasil pemikiran kami sendiri, banyak orang-orang yang mendukung kami di belakang. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada kedua orang tua kami, kepada bapak/ibu Guru selaku guru mata pelajaran Pendidikan Bahasa Arab, dan teman-teman yang selalu menyumbangkan semangatnya. Tanpa mereka kami bukanlah apa-apa.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai Tasamuh atau toleransi yang Insya Allah akan bermanfaat dan dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk lebih jelasnya, marilah kita baca dan pelajari makalah ini.
Makalah ini hanyalah hasil karya susunan insan yang tak berdaya, yang tak jauh dari khilaf dan salah. Untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan, agar bisa kami jadikan motivasi untuk ke depannya.
Semoga Allah SWT. selalu menuntun setiap perjalanan hidup kita. Aaamin.



DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………..
Daftar Isi  …………………………………………………………………………………………
Bab I Pendahuluan ………………………………………………………………………………
a.    Latar Belakang ………………………………………………………………………..
b.    Rumusan masalah ……………………………………………………………………
c.    Tujuan …………………………………………………………………………………
Bab II Pembahasan  ……………………………………………………………………………
a.    Pengertian Namimah ………………………………………………………………..
b.    Sebab dan akibat yang dimbulkan namimah  ……………………………………
c.    Dampak Yang Ditimbulkan Sikap namimah ………………………………………
d.    Cara menghindari sikap namimah ………………………………………………….
e.    Dalil-dalil  tentang adu domba (Namimah) ………………………………………..
Bab III Penutup …………………………………………………………………………………..
a.    Kesimpulan   …………………………………………………………………………….
b.    Saran …………………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka   …………………………………………………………………………………